Perhatikan lingkungan sekitar rumahmu. Apakah ada komplek perumahan baru? Tanyakan pada orang tuamu apakah lahan tempat tinggalmu dahulu berupa sawah? Mengapa banyak sawah yang diubah jadi pemukiman penduduk? Setiap orang memerlukan tempat tinggal.
Karena penduduknya terus bertambah maka makin banyak rumah yang dibangun. Akibatnya banyak sawah yang diubah jadi pemukiman. Jadi perubahan penggunaan lahan dipengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk. Penduduk desa atau kota terus bertamah. Dengan demikian perkembangan suatu wilayah dapat berdampak pada terjadinya perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut.
1. Hilangnya keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati sering berkurang secara drastis karena alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Lahan pertanian tidak sesuai bagi mahkluk hidup yang habitat aslinya hutan. Akibatnya makhluk hidup tersebut mengalami kepunahan. Hal yang sama juga dapat terjadi karena alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman.
2. Perubahan iklim
Perubahan tataguna lahan menyebabkan perubahan iklim global, regional dan skala lokal. Alih fungsi hutan meningkatkan pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer, sehingga menyebabkan pemanasan global. Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dapat meningkatkan pelepasan karbon dioksida ke atmosfer serta emisi gas rumah kaca lainnya, terutama metana, nitrogen oksida, dan belerang oksida. Gas-gas rumah kaca inilah yang mnyebabkan pemanasan global.
3. Pencemaran
Perubahan dalam pemanfaatan lahan menyebabkan polusi air, tanah dan polusi udara. Pembukaan lahan untuk pertanian menyebabkan tanah mudah tererosi baik oleh angin maupun air, terutama pada daerah curam. Kesuburan tanah menurun dari waktu ke waktu. Penggundulan hutan dapat meningkatkan pelepasan fosfor, nitrogen. Penggundulan hutan juga meningkatkan sedimentasi, kekeruhan, dan eutrofikasi ekosistem sungai. Alih fungsi hutan menjadi lahan pertambangan menyebabkan dampak yang lebih besar, termasuk pencemaran oleh logam beracun. Pertanian modern menggunakan pupuk nitrogen dan fosfor dapat meningkatkan pencemaran sungai. Penggunaan pestisida dalam pertanian dapat menyebabkan pencemaran tanah. Pembakaran sisa tanaman pertanian menyebabkan polusi udara.
4. Banjir dan longsor
Setiap tahun banjir di berbagai daerah justru makin besar. Penyebab utamanya bukan hujan, melainkan kerusakan lingkungan akibat perubahan tata guna lahan. Pada hutan-hutan yang lebat, tumbuhannya kebanyakan berupa pohon yang rimbun, permukaan tanah tertutup oleh berbagai macam tumbuhan dan semak belukar. Bila terjadi hujan, air hujan tidak langsung sampai ke tanah, karena terlebih dulu ditahan oleh dedaunan. Tanah pun memiliki kesempatan untuk menyerap air hujan, sehingga hanya sebagian kecil yang mengalir ke sungai. Aliran air di permukaan tanah kawasan hutan menuju sungai-sungai itu juga masih tertahan oleh semak belukar. Hutan di wilayah-wilayah itu bukan hanya mengurangi banjir, tetapi juga berperan dalam penyediaan air tanah.
Sekarang banyak hutan dialihfungsikan menjadi pemukiman atau pertanian. Hutan dibabat untuk permukiman, sawah, atau ladang. Tumbuhannya di tebang di ganti tanaman pertanian misalnya cemara, pinus atau jagung. Namun, cemara, pinus, dan jagung akarnya tidak cukup kuat dalam menyerap air sehingga yang terjadi justru longsor. Pohon yang kuat menahan tanah dan baik untuk meresap air adalah pohon yang akarnya menghujam ke bawah dan banyak. Agar terhindar dari bencana longsor sebaiknya masyarakat tidak memanfaatkan lahan di bawah lereng.
Dampak dari perubahan tata guna lahan sebgai berikut.
Tanyakan pada orang tuamu atau kakakmu, lahan tempat tinggal kalian dahulunya berupa apa dan digunakan untuk apa?
Karena penduduknya terus bertambah maka makin banyak rumah yang dibangun. Akibatnya banyak sawah yang diubah jadi pemukiman. Jadi perubahan penggunaan lahan dipengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk. Penduduk desa atau kota terus bertamah. Dengan demikian perkembangan suatu wilayah dapat berdampak pada terjadinya perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut.
Dampak Perubahan Tata Guna Lahan pada Lingkungan
Perubahan tataguna lahan seperti alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian, lahan pertanian menjadi tempat pemukiman, atau kawasan industri berdampak pada lingkungan. Berikut beberapa contoh dampak perubahan tata guna lahan terhadap lingkungan.1. Hilangnya keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati sering berkurang secara drastis karena alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Lahan pertanian tidak sesuai bagi mahkluk hidup yang habitat aslinya hutan. Akibatnya makhluk hidup tersebut mengalami kepunahan. Hal yang sama juga dapat terjadi karena alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman.
2. Perubahan iklim
Perubahan tataguna lahan menyebabkan perubahan iklim global, regional dan skala lokal. Alih fungsi hutan meningkatkan pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer, sehingga menyebabkan pemanasan global. Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dapat meningkatkan pelepasan karbon dioksida ke atmosfer serta emisi gas rumah kaca lainnya, terutama metana, nitrogen oksida, dan belerang oksida. Gas-gas rumah kaca inilah yang mnyebabkan pemanasan global.
3. Pencemaran
Perubahan dalam pemanfaatan lahan menyebabkan polusi air, tanah dan polusi udara. Pembukaan lahan untuk pertanian menyebabkan tanah mudah tererosi baik oleh angin maupun air, terutama pada daerah curam. Kesuburan tanah menurun dari waktu ke waktu. Penggundulan hutan dapat meningkatkan pelepasan fosfor, nitrogen. Penggundulan hutan juga meningkatkan sedimentasi, kekeruhan, dan eutrofikasi ekosistem sungai. Alih fungsi hutan menjadi lahan pertambangan menyebabkan dampak yang lebih besar, termasuk pencemaran oleh logam beracun. Pertanian modern menggunakan pupuk nitrogen dan fosfor dapat meningkatkan pencemaran sungai. Penggunaan pestisida dalam pertanian dapat menyebabkan pencemaran tanah. Pembakaran sisa tanaman pertanian menyebabkan polusi udara.
4. Banjir dan longsor
Setiap tahun banjir di berbagai daerah justru makin besar. Penyebab utamanya bukan hujan, melainkan kerusakan lingkungan akibat perubahan tata guna lahan. Pada hutan-hutan yang lebat, tumbuhannya kebanyakan berupa pohon yang rimbun, permukaan tanah tertutup oleh berbagai macam tumbuhan dan semak belukar. Bila terjadi hujan, air hujan tidak langsung sampai ke tanah, karena terlebih dulu ditahan oleh dedaunan. Tanah pun memiliki kesempatan untuk menyerap air hujan, sehingga hanya sebagian kecil yang mengalir ke sungai. Aliran air di permukaan tanah kawasan hutan menuju sungai-sungai itu juga masih tertahan oleh semak belukar. Hutan di wilayah-wilayah itu bukan hanya mengurangi banjir, tetapi juga berperan dalam penyediaan air tanah.
Sekarang banyak hutan dialihfungsikan menjadi pemukiman atau pertanian. Hutan dibabat untuk permukiman, sawah, atau ladang. Tumbuhannya di tebang di ganti tanaman pertanian misalnya cemara, pinus atau jagung. Namun, cemara, pinus, dan jagung akarnya tidak cukup kuat dalam menyerap air sehingga yang terjadi justru longsor. Pohon yang kuat menahan tanah dan baik untuk meresap air adalah pohon yang akarnya menghujam ke bawah dan banyak. Agar terhindar dari bencana longsor sebaiknya masyarakat tidak memanfaatkan lahan di bawah lereng.
Rangkuman
Tata Guna Lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dll. Faktor penyebab perubahan tata guna lahan adalah pertumbuhan penduduk.Dampak dari perubahan tata guna lahan sebgai berikut.
- Berkurangnya keanekaragaman hayati.
- Perubahan iklim
- Pencemaran, dan
- Banjir.
Kasus/Permasalahan
Mengapa alih fungsi hutan dapat menyebabkan banjir?Tanyakan pada orang tuamu atau kakakmu, lahan tempat tinggal kalian dahulunya berupa apa dan digunakan untuk apa?