Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Secara Fisik - Tahukah kamu bahwa kemerdekaan yang telah diperoleh dengan susah payah terus mendapatkan cobaan? Belanda sangat ingin kembali menjajah Indonesia. Salah satu caranya yaitu dengan membonceng pada tentara sekutu yang datang ke Indonesia. Tugas tentara sekutu yaitu melucuti senjata tentara Jepang.
Akan tetapi, tentara sekutu malah membantu Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Bangsa Indonesia terus melakukan perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaannya. Apa saja perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia? Di daerah mana saja pertempuran melawan pihak sekutu dan belanda terjadi? Apakah ada cara selain melalui perlawanan fisik yang dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan? Cara apakah itu?
Di tengah kegembiraan itu, ternyata Belanda ingin menguasai Indonesia kembali. Bangsa Indonesia langsung bersiap mengangkat senjata untuk mengusir para penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia. Secara umum perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia ini dibagi menjadi dua cara, yaitu perjuangan secara fisik dengan mengangkat senjata dan perjuangan melalui jalur diplomasi atau perundingan. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan ini terjadi di berbagai daerah di tanah air.
a. Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Pertempuran Surabaya 10 November 1945 - Pada tanggal 25 Oktober 1945 tentara Inggris mendarat di Surabaya di bawah pimpinan Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby. Tujuannya adalah melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang. Kedatangan sekutu disambut dengan rasa curiga, pemerintah RI di Surabaya khawatir Belanda ikut dalam pasukan itu untuk kembali menguasai Indonesia. Pihak AFNEI menjamin tidak ada pasukan Belanda yang ikut.
Pada tanggal 26 Oktober 1945 malam hari, tentara Inggris membebaskan tentara Belanda yang ditawan Jepang di Penjara Kalisosok, Surabaya. Pada keesokan harinya, yaitu 27 Oktober 1945 tentara Inggris juga menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, dan Gedung Bank Internatio. Tentara Inggris bahkan menyebarkan pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan senjata-senjata yang mereka ambil dari tentara Jepang. Rakyat tentu saja tidak menerima kelakuan tentara Inggris ini sehingga terjadilah pertempuran-pertempuran antara rakyat Surabaya melawan tentara Inggris.
Pada tanggal 29 Oktober, Soekarno didampingi Hatta dan Amir Syarifudin tiba di Surabaya. RI dan AFNEI membentuk panitia yang bertugas menjernihkan kesalahpahaman dan menyerukan genjatan senjata. Namun, pertempuran masih terjadi di beberapa tempat. Utusan dari pihak Indonesia dan Inggris mendatangi tempat-tempat tempat pertempuran terjadi. Mereka berusaha untuk menghentikan pertempuran. Tempat terakhir yang didatangi adalah Gedung Internatio di Jembatan Merah. Di tempat itu masih terjadi pertempuran. Pemuda-pemuda menuntut agar pasukan Mallaby mau menyerah. Mallaby tidak mau memenuhi tuntutan tersebut dan akhirnya Mallaby terbunuh dalam pertempuran.
Peristiwa terbunuhnya Mallaby menimbulkan kemarahan tentara Inggris. Pada 9 November 1945 Inggris mengeluarkan ultimatum agar rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya ke tempat-tempat yang telah ditentukan oleh Inggris, selambat-lambatnya pukul 06.00 pagi tanggal 10 November 1945. Jika rakyat tidak melaksanakan ultimatum tersebut, Inggris akan menyerang Surabaya dari darat, laut, dan udara. Ancaman Inggris tersebut tidak dihiraukan rakyat Surabaya.
Gubernur Jawa Timur saat itu R.M. Suryo menyatakan menolak ancaman tersebut. Rakyat Surabaya memilih untuk berjuang melawan penjajah. Bung Tomo seorang pemimpin Barisan Banteng dengan lantang berpidato di depan rakyat Surabaya meneriakkan semboyan mereka saat itu, yaitu “Lebih baik mati daripada dijajah, merdeka atau mati!”.
Puncak pertempuran Surabaya terjadi pada 10 November 1945. Pertempuran berlangsung selama lebih dari tiga minggu. Tentara Inggris menggempur Surabaya dari darat, laut, dan udara dengan senjata modern. Sementara itu, rakyat Surabaya bertempur menggunakan senjata hasil rampasan dari Jepang dan bambu runcing. Pertempuran yang tidak imbang ini akhirnya memaksa pejuang memindahkan markas pertahanannya ke Desa Lebaniwaras, yang terkenal dengan Markas Kali.
Untuk mengenang pahlawan kita yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tanggal 10 November sekarang diperingati sebagai hari Pahlawan.
b. Pertempuran Ambarawa 15 Desember 1945
Pertempuran Ambarawa 15 Desember 1945 - Pada 20 Oktober 1945 pasukan sekutu mendarat di Semarang di bawah pimpinan Brigadir Jendral Bethell. Tujuan kedatangan pasukan sekutu adalah untuk merebut senjata tentara Jepang. Pada awalnya, kedatangan sekutu disambut baik oleh rakyat Semarang. Akan tetapi, ternyata pasukan sekutu diboncengi oleh tentara NICA. Mereka mempersenjatai orang Belanda yang mereka bebaskan dari tawanan Jepang. Tindakan tentara Inggris ini membuat rakyat Semarang marah.
Pada 22 November 1945, tentara sekutu mengebom kampung-kampung di sekitar Ambarawa. Tindakan tentara sekutu ini semakin memancing amarah rakyat sehingga terjadilah pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan tentara sekutu pada 26 Oktober 1945. Dalam pertempuran 26 November 1945, Letkol Isdiman pimpinan pasukan TKR dari Puwokerto gugur di medan tempur. Beliau kemudian digantikan oleh Kolonel Sudirman.
Pada 15 Desember 1945 Kolonel Sudirman memimpin pertempuran dan pasukan Indonesia berhasil memukul mundur pasukan sekutu dari Magelang dan Ambarawa ke Semarang. Sejak itu tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri dan untuk mengenang peristiwa tersebut di Ambarawa didirikan Monumen Palagan Ambarawa.
c. Pertempuran Medan Area 10 Desember 1945
Pertempuran Medan Area 10 Desember 1945 - Pada 9 Oktober 1945, pasukan Inggris yang dibantu oleh tentara NICA mendarat di Medan. Pasukan ini dipimpin oleh Brigadir Jendral T.E.D. Kelly. Tugas pasukan Inggris yaitu membebaskan tentara Belanda yang menjadi tawanan Jepang. Akan tetapi, tawanan yang telah dibebaskan ini dipersenjatai dan dibentuk menjadi tentara KNIL.
Tentara sekutu menduduki beberapa hotel dan gedung-gedung dalam kota Medan. Sikap tentara sekutu ini memancing kemarahan rakyat Medan. Achmad Tahir, seorang bekas tentara Giyugun, memelopori pembentukan Barisan Pemuda Indonesia. Mereka merebut bekas senjata Jepang dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan. Pada 10 Oktober 1945 dibentuklah TKR Sumatra Timur yang anggotanya merupakan bekas Giyugun dan Heiho. Seperti halnya di kota-kota lain di Indonesia, pasukan sekutu memberikan ultimatum pada rakyat Medan untuk menyerahkan senjatanya. Selain itu, mereka juga melalukan teror pada rakyat. Hal tersebut memancing kemarahan rakyat Medan.
Pada 1 Desember 1945, pihak Inggris menetapkan secara sepihak batas-batas kekuasaan mereka dengan memasang papan-papan bertuliskan Fix Boundaries Medan Area di beberapa tempat. Sejak saat itu rakyat terus berjuang mengadakan perlawanan terhadap Inggris dan Belanda. Perlawanan rakyat Medan tersebut dikenal dengan istilah Pertempuran Medan Area.
d. Peristiwa Bandung Lautan Api 23 Maret 1946
Peristiwa Bandung Lautan Api 23 Maret 1946 - Pada 17 Oktober 1945, pasukan sekutu memasuki Kota Bandung. Pasukan sekutu yang diboncengi NICA menduduki dan menguasai kantor-kantor penting. Pasukan sekutu mengeluarkan ultimatum agar Bandung Utara dikosongkan pada 21 November 1945. Sekutu juga memerintahkan rakyat dan para pejuang untuk menyerahkan senjata yang mereka rebut dari tentara Jepang. Akan tetapi, para pejuang kita tidak menghiraukan ancaman ini sehingga terjadilah pertempuran sengit. Karena keterbatasan senjata, Bandung Utara dapat dikuasai oleh sekutu. Rakyat Bandung mengadakan perlawanan terhadap tentara sekutu dan Belanda.
Pada 23 Maret 1946, sekutu kembali mengultimatum, kali ini mereka menginginkan agar rakyat dan pejuang mengosongkan Bandung Selatan. Berdasarkan ultimatum tersebut, pemerintah pusat mengeluarkan maklumat yang berisi perintah pengosongan kota Bandung. Hal tersebut dilakukan untuk keberhasilan perundingan yang dilakukan pemerintah pusat dengan pasukan sekutu. Maklumat tersebut harus dilaksanakan sampai batas waktu pukul 22.00. Seluruh rakyat harus sudah pergi meninggalkan kota Bandung, minimal sejauh 11 km.
Tokoh-tokoh Pejuang Bandung seperti Aruji Kartawirya, Suryadi Suryadarma, dan Kolonel Abdul Haris Nasution segera melakukan perundingan. Mereka kemudian sepakat untuk mematuhi perintah pemerintah pusat untuk mengosongkan Bandung Selatan demi keselamatan rakyat. Akan tetapi, para pejuang tidak mau begitu saja meninggalkan Bandung Selatan. Agar gedung-gedung dan bangunan di Bandung Selatan tidak dapat dimanfaatkan tentara sekutu, sebelum meninggalkan Bandung Selatan para pejuang membumihanguskan kota tersebut dengan cara membakar semua bangunan yang dapat dimanfatkan oleh tentara sekutu. Dalam peristiwa itu tokoh pahlawan dari Bandung, yaitu Mohammad Toha gugur. Peristiwa pembumihangusan kota Bandung pada 23 Maret 1945 dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.
Akan tetapi, tentara sekutu malah membantu Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Bangsa Indonesia terus melakukan perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaannya. Apa saja perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia? Di daerah mana saja pertempuran melawan pihak sekutu dan belanda terjadi? Apakah ada cara selain melalui perlawanan fisik yang dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan? Cara apakah itu?
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Secara Fisik
Setelah peristiwa proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 telah lahir negara baru di dunia, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah dan rakyat Indonesia telah siap untuk membangun Indonesia untuk menjadi sebuah negara yang maju di dunia. Selain itu, pemerintah Indonesia juga berusaha untuk menyejahterakan rakyatnya.Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Secara Fisik - Palagan Ambarawa |
Perjuangan Secara Fisik
Pada 29 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta di bawah pimpinan Sir Philip Christison, yaitu pimpinan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indie) atau Pasukan Sekutu Hindia Belanda. Tujuan AFNEI yang datang atas nama sekutu ini adalah untuk melucuti senjata tentara Jepang. Tentara Inggris yang datang ke Indonesia ini diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration), yaitu pemerintahan sipil Belanda atas Indonesia. Tentara NICA ini mempersenjatai tentara KNIL (Koninklijk Netherlands Indisch Leger) yang merupakan tentara sewaan kerajaan Belanda. Tindakan NICA ini membangkitkan kemarahan rakyat Indonesia. Akibatnya, terjadi pertempuran di beberapa daerah di Indonesia yang berusaha mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih dengan penuh perjuangan.a. Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Pertempuran Surabaya 10 November 1945 - Pada tanggal 25 Oktober 1945 tentara Inggris mendarat di Surabaya di bawah pimpinan Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby. Tujuannya adalah melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang. Kedatangan sekutu disambut dengan rasa curiga, pemerintah RI di Surabaya khawatir Belanda ikut dalam pasukan itu untuk kembali menguasai Indonesia. Pihak AFNEI menjamin tidak ada pasukan Belanda yang ikut.
Pada tanggal 26 Oktober 1945 malam hari, tentara Inggris membebaskan tentara Belanda yang ditawan Jepang di Penjara Kalisosok, Surabaya. Pada keesokan harinya, yaitu 27 Oktober 1945 tentara Inggris juga menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, dan Gedung Bank Internatio. Tentara Inggris bahkan menyebarkan pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan senjata-senjata yang mereka ambil dari tentara Jepang. Rakyat tentu saja tidak menerima kelakuan tentara Inggris ini sehingga terjadilah pertempuran-pertempuran antara rakyat Surabaya melawan tentara Inggris.
Pada tanggal 29 Oktober, Soekarno didampingi Hatta dan Amir Syarifudin tiba di Surabaya. RI dan AFNEI membentuk panitia yang bertugas menjernihkan kesalahpahaman dan menyerukan genjatan senjata. Namun, pertempuran masih terjadi di beberapa tempat. Utusan dari pihak Indonesia dan Inggris mendatangi tempat-tempat tempat pertempuran terjadi. Mereka berusaha untuk menghentikan pertempuran. Tempat terakhir yang didatangi adalah Gedung Internatio di Jembatan Merah. Di tempat itu masih terjadi pertempuran. Pemuda-pemuda menuntut agar pasukan Mallaby mau menyerah. Mallaby tidak mau memenuhi tuntutan tersebut dan akhirnya Mallaby terbunuh dalam pertempuran.
Peristiwa terbunuhnya Mallaby menimbulkan kemarahan tentara Inggris. Pada 9 November 1945 Inggris mengeluarkan ultimatum agar rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya ke tempat-tempat yang telah ditentukan oleh Inggris, selambat-lambatnya pukul 06.00 pagi tanggal 10 November 1945. Jika rakyat tidak melaksanakan ultimatum tersebut, Inggris akan menyerang Surabaya dari darat, laut, dan udara. Ancaman Inggris tersebut tidak dihiraukan rakyat Surabaya.
Gubernur Jawa Timur saat itu R.M. Suryo menyatakan menolak ancaman tersebut. Rakyat Surabaya memilih untuk berjuang melawan penjajah. Bung Tomo seorang pemimpin Barisan Banteng dengan lantang berpidato di depan rakyat Surabaya meneriakkan semboyan mereka saat itu, yaitu “Lebih baik mati daripada dijajah, merdeka atau mati!”.
Puncak pertempuran Surabaya terjadi pada 10 November 1945. Pertempuran berlangsung selama lebih dari tiga minggu. Tentara Inggris menggempur Surabaya dari darat, laut, dan udara dengan senjata modern. Sementara itu, rakyat Surabaya bertempur menggunakan senjata hasil rampasan dari Jepang dan bambu runcing. Pertempuran yang tidak imbang ini akhirnya memaksa pejuang memindahkan markas pertahanannya ke Desa Lebaniwaras, yang terkenal dengan Markas Kali.
Untuk mengenang pahlawan kita yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tanggal 10 November sekarang diperingati sebagai hari Pahlawan.
b. Pertempuran Ambarawa 15 Desember 1945
Pertempuran Ambarawa 15 Desember 1945 - Pada 20 Oktober 1945 pasukan sekutu mendarat di Semarang di bawah pimpinan Brigadir Jendral Bethell. Tujuan kedatangan pasukan sekutu adalah untuk merebut senjata tentara Jepang. Pada awalnya, kedatangan sekutu disambut baik oleh rakyat Semarang. Akan tetapi, ternyata pasukan sekutu diboncengi oleh tentara NICA. Mereka mempersenjatai orang Belanda yang mereka bebaskan dari tawanan Jepang. Tindakan tentara Inggris ini membuat rakyat Semarang marah.
Pada 22 November 1945, tentara sekutu mengebom kampung-kampung di sekitar Ambarawa. Tindakan tentara sekutu ini semakin memancing amarah rakyat sehingga terjadilah pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan tentara sekutu pada 26 Oktober 1945. Dalam pertempuran 26 November 1945, Letkol Isdiman pimpinan pasukan TKR dari Puwokerto gugur di medan tempur. Beliau kemudian digantikan oleh Kolonel Sudirman.
Pada 15 Desember 1945 Kolonel Sudirman memimpin pertempuran dan pasukan Indonesia berhasil memukul mundur pasukan sekutu dari Magelang dan Ambarawa ke Semarang. Sejak itu tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri dan untuk mengenang peristiwa tersebut di Ambarawa didirikan Monumen Palagan Ambarawa.
c. Pertempuran Medan Area 10 Desember 1945
Pertempuran Medan Area 10 Desember 1945 - Pada 9 Oktober 1945, pasukan Inggris yang dibantu oleh tentara NICA mendarat di Medan. Pasukan ini dipimpin oleh Brigadir Jendral T.E.D. Kelly. Tugas pasukan Inggris yaitu membebaskan tentara Belanda yang menjadi tawanan Jepang. Akan tetapi, tawanan yang telah dibebaskan ini dipersenjatai dan dibentuk menjadi tentara KNIL.
Tentara sekutu menduduki beberapa hotel dan gedung-gedung dalam kota Medan. Sikap tentara sekutu ini memancing kemarahan rakyat Medan. Achmad Tahir, seorang bekas tentara Giyugun, memelopori pembentukan Barisan Pemuda Indonesia. Mereka merebut bekas senjata Jepang dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan. Pada 10 Oktober 1945 dibentuklah TKR Sumatra Timur yang anggotanya merupakan bekas Giyugun dan Heiho. Seperti halnya di kota-kota lain di Indonesia, pasukan sekutu memberikan ultimatum pada rakyat Medan untuk menyerahkan senjatanya. Selain itu, mereka juga melalukan teror pada rakyat. Hal tersebut memancing kemarahan rakyat Medan.
Pada 1 Desember 1945, pihak Inggris menetapkan secara sepihak batas-batas kekuasaan mereka dengan memasang papan-papan bertuliskan Fix Boundaries Medan Area di beberapa tempat. Sejak saat itu rakyat terus berjuang mengadakan perlawanan terhadap Inggris dan Belanda. Perlawanan rakyat Medan tersebut dikenal dengan istilah Pertempuran Medan Area.
d. Peristiwa Bandung Lautan Api 23 Maret 1946
Peristiwa Bandung Lautan Api 23 Maret 1946 - Pada 17 Oktober 1945, pasukan sekutu memasuki Kota Bandung. Pasukan sekutu yang diboncengi NICA menduduki dan menguasai kantor-kantor penting. Pasukan sekutu mengeluarkan ultimatum agar Bandung Utara dikosongkan pada 21 November 1945. Sekutu juga memerintahkan rakyat dan para pejuang untuk menyerahkan senjata yang mereka rebut dari tentara Jepang. Akan tetapi, para pejuang kita tidak menghiraukan ancaman ini sehingga terjadilah pertempuran sengit. Karena keterbatasan senjata, Bandung Utara dapat dikuasai oleh sekutu. Rakyat Bandung mengadakan perlawanan terhadap tentara sekutu dan Belanda.
Pada 23 Maret 1946, sekutu kembali mengultimatum, kali ini mereka menginginkan agar rakyat dan pejuang mengosongkan Bandung Selatan. Berdasarkan ultimatum tersebut, pemerintah pusat mengeluarkan maklumat yang berisi perintah pengosongan kota Bandung. Hal tersebut dilakukan untuk keberhasilan perundingan yang dilakukan pemerintah pusat dengan pasukan sekutu. Maklumat tersebut harus dilaksanakan sampai batas waktu pukul 22.00. Seluruh rakyat harus sudah pergi meninggalkan kota Bandung, minimal sejauh 11 km.
Tokoh-tokoh Pejuang Bandung seperti Aruji Kartawirya, Suryadi Suryadarma, dan Kolonel Abdul Haris Nasution segera melakukan perundingan. Mereka kemudian sepakat untuk mematuhi perintah pemerintah pusat untuk mengosongkan Bandung Selatan demi keselamatan rakyat. Akan tetapi, para pejuang tidak mau begitu saja meninggalkan Bandung Selatan. Agar gedung-gedung dan bangunan di Bandung Selatan tidak dapat dimanfaatkan tentara sekutu, sebelum meninggalkan Bandung Selatan para pejuang membumihanguskan kota tersebut dengan cara membakar semua bangunan yang dapat dimanfatkan oleh tentara sekutu. Dalam peristiwa itu tokoh pahlawan dari Bandung, yaitu Mohammad Toha gugur. Peristiwa pembumihangusan kota Bandung pada 23 Maret 1945 dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.