Teknis menulis Puisi - Pada pembahasan materi bahasa Indonesia kali ini akan membahas mengenai menulis puisi dengan memperhatikan persajakan, dengan mempelajari materi kali ini diharapkan nantinya sobat dapat mendata unsur-unsur persaman sajak yang ada dalam suatu puisi dan dapat mewujudkannya dalam puisi yang kamu buat, untuk lebih jelasnya lagi mengenai hal tersebut dapat kalian simak dalam penjelasan berikut ini!
Perhatikan puisi Sitor Situmorang di bawah ini!
Lagu Gadis Itali
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Jika musim tiba nanti
Jemput abang di teluk Nopoli.
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Sedari abang lalu pergi
Adik rindu setiap hari.
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Andai abang tak kembali
Adik menunggu sampai mati.
Batu tandus di kebun anggur
Pasir teduh di bawah nyiur
Abang lenyap hatiku hancur
Mengejar bayang di salju gugur.
Sumber : Sitor Situmorang, dalam Waluyo, 1995.
Puisi tersebut mirip syair. Setiap baitnya terdiri atas empat baris. Puisi tersebut sangat memperhatikan unsur persajakan atau persamaan bunyi pada setiap akhir lariknya, yakni berpola a-a-a-a. Bait pertama misalnya, larik-lariknya berakhiran /i/, yakni -ri, -li, - ti, li. Ciri yang sama tampak pula pada bait kedua dan ketiga, yakni sama-sama berakhiran /i/. Adapun bait keempat berakhiran /ur/.
Pola persajakan seperti itu menjadikan puisi "Lagu Gadis Italia" tampak harmonis dan enak didengar. Hanya, pola semacam itu tidak perlu dipaksakan. Hal tersebut dapat menyebabkan makna dari kata-kata itu menjadi hambar. Puisi-puisi modern tidak perlu memiliki bentuk persajakan seperti itu. Perhatikan saja puisi "Sebuah Sungai di Daerah Pegunungan" karya Gunoto Saparie di atas. Pola persajakannya begitu bebas, tidak terpola. Meskipun demikian, puisi tersebut tetap indah, kaya imajinasi, dan padat makna.
Cara melatih meningkatkan pola pikir imajinasi atau daya hayal:
a. Bayangkan sebuah pengalaman yang menurutmu paling berkesan sepanjang hidupmu! Pengalaman itu dapat tentang sesuatu yang menggembirakan, menyedihkan, menggelikan, atau menakutkan.
b. Untuk merangsang keluarnya kata-kata itu, kamu dapat pergi ke tempat-tempat khsusus, misalnya di taman sekolah, duduk di teras kelas, berdiri dan bersandar di tiang.
c. Curahkan cetusan-cetusan pikiran, perasaan, atau keinginan-keinginanmu itu dalam susunan kata yang indah dan padat makna.
Aspek-aspek yang menjadi penilaian sebuah puisi atau sajak;
Sekian pembahasan materi mengenai Menulis Puisi dengan Memperhatikan Persajakan dan juga tentang bagaimana cara meningkatkan kreatifitas, daya hayal atau imajinasi agar dapat membuat sebuah karya yang menarik, jika bukan artikel ini yang sobat cari mungkin materi dibawah ini dapat menjawabnya, selamat belajar!
Menulis Puisi dengan Memperhatikan Unsur-unsur Persajakan
Untuk menjadi seorang penulis, kita perlu belajar dari penulis-penulis lain. Misalnya, dengan membaca buku-buku antologi puisi. Dari buku-buku tersebut, kita dapat mengetahui gaya puisi dari berbagai penyair. Dari situ, kita dapat berguru dan memperoleh banyak pelajaran cara menulis puisi yang baik.Menulis Puisi dengan Memperhatikan Persajakan |
Perhatikan puisi Sitor Situmorang di bawah ini!
Lagu Gadis Itali
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Jika musim tiba nanti
Jemput abang di teluk Nopoli.
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Sedari abang lalu pergi
Adik rindu setiap hari.
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Andai abang tak kembali
Adik menunggu sampai mati.
Batu tandus di kebun anggur
Pasir teduh di bawah nyiur
Abang lenyap hatiku hancur
Mengejar bayang di salju gugur.
Sumber : Sitor Situmorang, dalam Waluyo, 1995.
Puisi tersebut mirip syair. Setiap baitnya terdiri atas empat baris. Puisi tersebut sangat memperhatikan unsur persajakan atau persamaan bunyi pada setiap akhir lariknya, yakni berpola a-a-a-a. Bait pertama misalnya, larik-lariknya berakhiran /i/, yakni -ri, -li, - ti, li. Ciri yang sama tampak pula pada bait kedua dan ketiga, yakni sama-sama berakhiran /i/. Adapun bait keempat berakhiran /ur/.
Pola persajakan seperti itu menjadikan puisi "Lagu Gadis Italia" tampak harmonis dan enak didengar. Hanya, pola semacam itu tidak perlu dipaksakan. Hal tersebut dapat menyebabkan makna dari kata-kata itu menjadi hambar. Puisi-puisi modern tidak perlu memiliki bentuk persajakan seperti itu. Perhatikan saja puisi "Sebuah Sungai di Daerah Pegunungan" karya Gunoto Saparie di atas. Pola persajakannya begitu bebas, tidak terpola. Meskipun demikian, puisi tersebut tetap indah, kaya imajinasi, dan padat makna.
Cara melatih meningkatkan pola pikir imajinasi atau daya hayal:
a. Bayangkan sebuah pengalaman yang menurutmu paling berkesan sepanjang hidupmu! Pengalaman itu dapat tentang sesuatu yang menggembirakan, menyedihkan, menggelikan, atau menakutkan.
b. Untuk merangsang keluarnya kata-kata itu, kamu dapat pergi ke tempat-tempat khsusus, misalnya di taman sekolah, duduk di teras kelas, berdiri dan bersandar di tiang.
c. Curahkan cetusan-cetusan pikiran, perasaan, atau keinginan-keinginanmu itu dalam susunan kata yang indah dan padat makna.
Aspek-aspek yang menjadi penilaian sebuah puisi atau sajak;
- Kekhasan tema
- Keefektifan pemilihan kata
- Keindahan bunyi
- Kedalaman pesan
- Penjiwaan dalam membacakan
Menulis puisi haruslah memperhatikan unsur persajakan, seperti persamaan vokal dan konsonan yang ada pada kata-katanya. Dengan cara begitu, puisi yang kita buat akan lebih indah dan memberi kesan yang kuat bagi pembacanya.
Sekian pembahasan materi mengenai Menulis Puisi dengan Memperhatikan Persajakan dan juga tentang bagaimana cara meningkatkan kreatifitas, daya hayal atau imajinasi agar dapat membuat sebuah karya yang menarik, jika bukan artikel ini yang sobat cari mungkin materi dibawah ini dapat menjawabnya, selamat belajar!