Mengungkapkan Hal-hal yang Dapat Diteladani dari Buku Biografi

Materi pelajaran bahasa Indonesia kali ini akan membahas mengenai cara Mengungkapkan Hal-hal yang Dapat Diteladani dari Buku Biografi seorang Tokoh, mulai dari contoh penulisan biografi, keistimewaan tokoh dan nilai manfaat sebuah biografi, adapun tujuan belajar adalah dapat mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca.

Membaca sebagai salah satu sarana untuk menambah pengetahuan merupakan kegiatan penting yang harus kalian gemari. Peribahasa mengungkapkan bahwa buku adalah jendela dunia. Nah, cara paling efektif dan mudah untuk mengetahui isi buku adalah dengan membacanya.

Membaca teks profil tokoh merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi mengenai sosok seseorang. Untuk mengetahui dan memahami materi ini lebih jauh, simaklah teks di bawah beserta penjelasannya sebagai bahan pembelajaran kalian.
Mengungkapkan Hal-hal yang Dapat Diteladani dari Buku Biografi Tokoh
Mengungkapkan Hal-hal yang Dapat Diteladani dari Buku Biografi Tokoh

  Contoh penulisan Biografi  
Soemitro Djojohadikusumo Begawan Ekonomi Indonesia
Soemitro Djojohadikusumo dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah, pada 29 Mei 1917. Beliau adalah anak pertama dari pasangan R.M. Margono Djojohadikusumo (Ketua Dewan Pertimbangan Agung pertama dan pendiri BNI 1946) dan Siti Katoemi Wirodihardjo. 

Setelah tamat dari Hogere Burger School (setara SMU), beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas Sorbonne, Paris, Prancis (1938), dan di Sekolah Tinggi Ekonomi Nederland atau Economische Hogeschool Rotterdam, Belanda (sarjana, 1940: doktor, 1942). Gelar doktor ilmu ekonomi dicapainya ketika beliau berumur belum genap 26 tahun. Disertasi doktoralnya berjudul Kredit Rakyat (Jawa) di Masa Depresi. Beliau meninggal dunia pada 8 Maret 2001 dalam usia 84 tahun.

Soemitro dikenal konsisten mengkritik kebijakan pembangunan yang dinilainya dapat merusak proses pembangunan nasional. Ia pernah mengemukakan kebocoran dana pembangunan yang disebabkan oleh korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) pada masa Orde Baru (1966 – 1998). Beliau tidak sependapat dengan kebijakan industrialisasi yang dilakukan sekaligus pada masa itu.

Menurutnya, proses industrialisasi harus dilakukan secara bertahap karena Indonesia tidak memiliki basis industri yang kuat. Krisis moneter pada tahun 1997 – 1998 membuktikan bahwa industrialisasi yang dipaksakan itu ternyata tidak dapat bertahan.

Selama masa hidupnya, Soemitro pernah menjabat sebagai Pembantu Staf Perdana Menteri Republik Indonesia (1946), Presiden Direktur Indonesian Bangking Corporation (1947), Wakil Ketua Perutusan Indonesia pada Dewan Keamanan PBB (1948 – 1949), anggota delegasi Republik Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda (1949), dan Kuasa Usaha Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC, Amerika Serikat (1950).

Pada masa Orde Lama, Soemitro pernah menjadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian (1950 – 1951) dalam usia yang masih sangat muda (33 tahun). Dua tahun kemudian, ia menjadi Menteri Keuangan (1952 – 1953 dan 1955 – 1956).

Pada masa Orde Baru, beliau dua kali menjadi menteri, yakni Menteri Perdagangan (1968 – 1973) dan Menteri Negara Riset (1973 – 1978). Selepas masa baktinya dalam Kabinet Pembangunan II, Soemitro menjadi konsultan ekonomi pada PT Indoconsult dan PT Edecon, Komisaris PT Bank Perkembangan Asia, Bank Universal, dan Presiden Komisaris PT Astra. Sebagai ilmuwan kampus, Soemitro juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1951 – 1957) dan guru besar ilmu ekonomi.

Karya ilmiah yang dihasilkan Soemitro mencakup sejumlah buku dan makalah ilmiah yang berkaitan dengan masalah pembangunan dan kebijakan negara. Di antaranya adalah Soal Bank di Indonesia (1946); Kebijaksanaan di Bidang Ekonomi Perdagangan (1972); Indonesia dalam Perkembangan Dunia Kini dan Masa Datang (1976); Science, Resource, and Development (1977); Trilogi Pembangunan dan Ekonomi Pancasila (1985); Perdagangan dan Industri dalam Pembangunan (1986), Kredit Rakyat di Masa Depresi (1989); serta Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan (1994).

Soemitro merupakan salah seorang arsitek pembangunan ekonomi Indonesia, terutama pada masa awal pemerintahan Orde Baru. Pada masa itu, perekonomian Indonesia berada dalam kondisi sangat menyedihkan yang ditandai oleh tingginya tingkat inflasi yang mencapai 600%, ketidakmampuan membayar utang luar negeri, merebaknya pengangguran, dan kondisi kesejahteraan rakyat yang memprihatinkan. Sumbangan pemikirannya untuk pembangunan ekonomi di masa awal Orde Baru ini sangat besar. Tidak berlebihan jika berbagai kalangan menyebutnya sebagai “Begawan ekonomi” Indonesia.
(Sumber: Ensiklopedi Umum untuk Pelajar 9, 2005, dengan pengubahan)

Setelah membaca teks di atas, kalian dapat mendiskusikan teks tersebut untuk menyarikan riwayat hidup Soemitro Djojohadikusumo, menyimpulkan keistimewaan-keistimewaan, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa. Hasil diskusi mengenai ketiga hal tersebut dapat kalian kemukakan sebagaimana contoh berikut.

1. Inti sari riwayat hidup Soemitro Djojohadikusumo
Soemitro dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah, 29 Mei 1917. Beliau mulai memikirkan ekonomi Indonesia dengan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Ekonomi Nederland. Beliau mencapai gelar doktor ilmu ekonomi saat masih muda, yaitu belum genap 26 tahun.

Selama hidupnya, Soemitro memiliki karier dan jabatan yang baik, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam usianya yang masih sangat muda (33 tahun) beliau telah menjadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian. Dua tahun kemudian, beliau menjadi Menteri Keuangan. Itu terjadi pada masa Orde Lama.

Pada masa Orde Baru, beliau juga pernah menjadi menteri berturut-turut. Pertama, Menteri Perdagangan dan kedua, Menteri Negara Riset. Setelah menjadi Menteri Negara Riset, beliau juga masih berkarier dalam bidang ekonomi.

Beberapa karya ilmiah yang dihasilkan Soemitro antara lain Soal Bank di Indonesia (1946); Kebijaksanaan di Bidang Ekonomi Perdagangan (1972); Indonesia dalam Perkembangan Dunia Kini dan Masa Datang (1976); Science, Resource, and Development (1977); Trilogi Pembangunan dan Ekonomi Pancasila (1985); Perdagangan dan Industri dalam Pembangunan (1986); Kredit Rakyat di Masa Depresi (1989); serta Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan.

Beliau banyak memberikan sumbangan pemikiran untuk pembangunan ekonomi di masa awal Orde Baru yang pada masa itu, perekonomian Indonesia berada dalam kondisi sangat menyedihkan. Maka itu, Soemitro Djojohadikusumo dijuluki sebagai “begawan ekonomi” Indonesia.

2. Keistimewaan
a. Beliau mendapat gelar doktor ilmu ekonomi ketika umurnya belum genap 26 tahun.
b. Beliau menjabat sebagai menteri dalam usia yang masih sangat muda, yaitu 33 tahun.
c. Beliau berani mengkritik kebijakan pembangunan yang dinilainya dapat merusak proses pembangunan nasional.
d. Beliau berani mengemukakan kebocoran dana pembangunan yang disebabkan oleh korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) pada masa Orde Baru (1966 - 1998).
e. Beliau berani mengemukakan ketidaksependapatan dengan kebijakan industrialisasi yang dilakukan pada masa itu dengan suatu alasan.
f. Beliau pernah menjabat sebagai menteri selama empat kali.
g. Beliau memberikan sumbangan pemikiran yang sangat besar untuk pembangunan ekonomi di masa awal Orde Baru.

3. Nilai-nilai yang bermanfaat
a. Ilmu dan karier dapat dicari sejak usia masih muda.
b. Berani mengkritik terhadap kebijakan yang dapat merusak dengan alasan yang masuk akal.
c. Berani mengemukakan fakta.
d. Mau memberikan pemikiran terhadap sebuah permasalahan.
e. Memiliki keteguhan hati.
f. Tidak terpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang tidak baik.

Sekian pembahasan mengenai cara Mengungkapkan Hal-hal yang Dapat Diteladani dari Buku Biografi Tokoh dengan memahami intisari dari sebuah biografi, keistimewaan yang dimiliki sang toko, dan nilai-nilai yang bermanfaat yang dapat diambil untuk pelajaran.