Menentukan Alur Cerita dari Sinopsis Novel yang Telah Dibacakan - Pada pembahasan materi bahasa Indonesia kali ini kalian akan diajak lebih memahami mengenai bagaimana cara untuk mengetahui alur tema suatu novel dengan contoh novel dan juga tentang contoh tahapan alur dalam novel, apa yang dimaksud dengan alur, tokoh yang menjadi pusat cerita dalam drama, untuk lebih jelasnya dapat kalian simak dalam penjelasan singkat berikut ini!
Dalam pelajaran ini, kalian akan menentukan alur yang terdapat dalam sinopsis novel. Alur adalah jalinan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang terjalin secara berurutan dengan memerhatikan keterpaduan dan kebulatan cerita.
Alur disebut juga plot. Alur dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu berikut.
1. Perkenalan
Perkenalan disebut juga pemaparan, pendahuluan, atau eksposisi. Perkenalan yaitu bagian cerita tempat pengarang memulai sesuatu untuk mengawali ceritanya. Pengawalan ini dapat berupa pengenalan pelaku, latar, dialog, atau peristiwa tertentu untuk pembuka jalannya cerita.
2. Konflik
Konflik adalah bagian cerita saat pelaku telah mulai merasakan adanya suatu permasalahan.
3. Penanjakan
Pananjakan atau peruwetan adalah bagian cerita yang menunjukkan adanya konflik mulai bertambah menuju puncak konflik.
4. Klimaks
Puncak atau klimaks adalah bagian cerita yang melukiskan permasalahan berada di titik paling puncak.
5. Peleraian
Peleraian merupakan penyelesaian permasalahan. Di sini para tokoh dapat menyelesaikan masalahnya.
Apabila dilihat dari urutan bagian-bagian yang diceritakan, alur cerita dibagi atas alur maju, alur mundur, dan alur maju mundur.
Alur maju adalah alur yang diceritakan dari masa lalu ke masa sekarang. Alur mundur yaitu alur yang diceritakan dari masa sekarang menuju ke masa lalu. Alur maju mundur disebut juga alur campuran, yaitu alur yang diceritakan dari masa lalu, masa sekarang, kembali ke masa lalu, atau sebaliknya.
Adapun berdasarkan padat tidaknya sebuah cerita, alur dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur erat yaitu alur yang apabila sebagian ditinggalkan, akan merusak keutuhan cerita; sedangkan alur longgar yaitu alur yang tidak merusak keutuhan cerita apabila alur tersebut ditinggalkan.
Guna memahami materi mengenai alur lebih dalam, simaklah baca kutipan novel berikut.
Tunjung Biru
Oleh: Atik Purbani; Ratih
Sang raja membaringkan Narendra dalam salah satu dari dua kamar bersebelahan dengan kamar pengantin, yaitu tempat dari bagian istana yang suci yang jarang dikunjungi orang. Asmara tidak berpisah dari ranjang sakit. Salah seorang tua membisikkan di telinga Asmara, “Apakah kakakmu barangkali memakai baju hijau ketika berada di daerah Nyai Roro Kidul? Itu warna terlarang.”
Anggota keluarga lain bertanya, “Apakah sang kakak barangkali melanggar suatu peraturan?” Ada pula yang menasehati, “Serahkan pada ayahanda agar mengadakan selamatan, kemudian membawanya ke tempat kakanda berdiam dulu.”
“Maksudnya di rumah kecil dari papan itu?”
“Ya,” demikian jawabnya. Semua usaha dilaksanakan, tetapi demam itu tak mau turun juga. Narendra terus mengacau; ada kalanya Asmara mendengar kakaknya menyebut-nyebut nama Ratih.
“Siapa gerangan Ratih itu?” Asmara bertanya pada dirinya. Setelah mendengar nama itu beberapa kali, Asmara menyampaikan hal itu kepada ayahandanya.
Sang Raja minta supaya Asmara menulis surat kepada Munarsi dan kepada kemenakannya, Bupati Danduro. Dalam kedua surat itu ditanyakan apakah mereka mengenali seorang gadis bernama Ratih, karena Narendra pernah mengunjungi keduanya. Namun, jawabannya ialah bahwa mereka tidak tahu siapa Ratih.
“O, putraku yang tunggal, apa yang harus kuperbuat,” Raja Mayanegara mengeluh dengan putus asa. Berhari-hari lamanya sang Raja memikirkan apa yang harus diperbuatnya.
Kemudian dipanggilnya adiknya, Pangeran Purwaningrat, dan dimintanya nasehatnya. Pangeran Purwaningrat mendengarkan ucapan kakaknya yang putus asa itu dengan penuh perhatian. Lama ia berdiam diri, kemudian katanya, “Barangkali Kakanda bisa minta agar Bupati Cokronoto dan keluarganya datang berkunjung karena Asmara sendirian. Tetapi jangan ceritakan bahwa Narendra sakit.” Tiba-tiba sang Raja teringat akan cerita Narendra tentang putri Danduro yang amat kaku kepadanya. “Tetapi namanya bukan Ratih,” sang Raja berguman dalam dirinya.
Dokter ketiga mengunjungi Narendra secara teratur. Berkat obat-obatnya dan istirahat, Narendra mulai sembuh, meskipun berlangsung setapak demi setapak. Sementara itu Bupati Cokronoto menerima permintaan pamannya, sang Raja.
Ia berangkat bersama istrinya dan Amirati, karena anak-anaknya yang lain tidak sedang berlibur. Waktu ia tiba, Asmara menyambutnya dengan ramah sambil berkata, “Alangkah baiknya kau datang, Amirati. Tinggallah lebih lama di sini, aku merasa begitu kesepian tanpa Bibi Munarsi.”
Agar Asmara bisa menemani Amirati dan gadis itu merasa betah di istana, maka sang Raja menugaskan dua orang perawat yang baik untuk merawat Narendra. Sang Raja langsung menanyai kemenakan dan istrinya tentang nama Ratih. Tetapi keduanya tidak tahu siapakah Ratih itu.
Asmara memerhatikan bahwa Amirati adakalanya dengan gugup melihat sekeliling. Ketika hal itu berulang kali terjadi, Asmara menanyakan sebabnya, “Ah, tidak, tidak apaapa,” jawab gadis itu mengelak.
Seminggu kemudian Bupati Cokronoto dan istrinya kembali ke Danduro. Asmara gembira sekali mendengar bahwa Amirati mau menemaninya. Ketika pada suatu hari Amirati dengan gugup memandang sekelilingnya, Asmara tidak dapat menahan dirinya. “Mengapa kau terus melihat sekelilingmu, Mirati? Apakah mencari Narendra? Dia tidak di sini, Mirati, jangan khawatir dia tidak akan mengganggu kita.
“Amirati lama memandang bibinya tetapi tidak berkata suatu patah kata pun.
“Mari kita berdayung-dayung di kebun dan memetik-metik bunga mawar. Lalu siang ini kita makan di rumah dari kaca, setuju?” Amirati menyatakan, “Ya, itu menarik sekali.”
“Dan Mirati, maukah kau membantu saya memasak besok?”
Asmara berkata pula, “Romo telah memerintahkan Mbok Projo agar mengajariku masak-memasak. Masakannya kemudian dicicipi oleh ayahanda. Beberapa hari kemudian, Mbok Pranolo akan mengajarku membatik pula. Sudah sehelai kain yang siap dengan pola yang sederhana. Setelah itu, datang Mbok Sastro untuk mengajar saya tembang Jawa. Pada kesempatan itu dia juga menceritakan cerita-cerita dan dongeng-dongeng warisan nenek moyang.”
“Menarik sekali, Bibi, mudah-mudahan saya bisa memahaminya.”
“Dan harapanku, semoga kau kerasan di sini, Mirati,” jawab Asmara.
“Kalau saya kurang dalam sopan santun, Bibi, tolong beritahukan. Saya belum pernah ke luar rumah, dan belum pernah dibesarkan di dalam istana.”
“Mirati, kau cukup bersantun dan tahu tata cara, lagi kau berkepribadian ramah.”
“Semoga demikianlah sesungguhnya, Bibi,” kata Amirati merendah. Asmara senang mempunyai teman, sedang Amirati berusaha untuk mengikuti semua pelajaran bersama Asmara. Ia mulai merasa kerasan di dalam istana.
Sementara itu Narendra sudah mulai pulih kesehatannya, meskipun masih tetap pendiam dan pelamun. Dokter mengizinkan Narendra menerima tamu. Mendengar hal itu Asmara gembira sekali dan berkata kepada kemenakannya, “Ketahuilah, Mirati, bahwa Mas Narendra baru sembuh dari sakit parah!
Demamnya tinggi dan ia terus-menerus meracau. Sudah tiga orang dokter memeriksanya dan menyatakan pendapat mereka. Yang pertama berkata, disebabkan kelelahan. Yang kedua menduga ia sakit tipus, dan menurut yang ketiga ia harus beristirahat benar-benar dan tidak boleh menerima tamu.
Selama sebulan ia bersama Paman Purwaningrat dan para pengiring tinggal di Laut Selatan, dan mengembara dari desa yang satu ke desa yang lain.”
“Jadi ia pergi ke daerah Nyai Roro Kidul?” Amirati bertanya, “Ya, dan para orang tua langsung berkata, ‘Ia pasti memakai sesuatu yang berwarna hijau. Itu sebabnya Sang Dewi Laut menjadi marah’. Ada pula yang mengatakan, ‘Ia pasti menginjak tempat yang terlarang” …
“Di mana dia sekarang?” tanya Amirati tiba-tiba. Asmara senang sekali bahwa keponakannya menanyakan Narendra. “Dia sekarang tinggal di salah satu kamar dari dua kamar di bagian dalem karena tidak boleh dikunjungi orang. Tetapi menurut Romo, hari ini dokter mengizinkan ia menerima tamu.
Apakah sekarang kita berdua akan ke sana?”
Amirati memandang bibinya sambil berpikir. Asmara menarik gadis itu masuk ke dalem. Sampai ke pintu ia berkata, “Narendra terus meracau dan menyebut-nyebut nama Ratih. Barangkali kau tahu siapa dia?”
Mendengar nama itu, Amirati menangis tersedu-sedu dan hendak lari dari tempat itu.
Tetapi Asmara menghalang-halanginya dan mendorongnya langsung masuk ke kamar sambil menutup pintu. Supaya Narendra jangan kaget, ia telah mengutus seorang untuk memberitahukan kedatangannya sebelumnya. Asmara mendekati ranjang kakaknya dan berkata, “Kangmas, saya punya tamu. Bolehkah ia datang menemui kakanda?” “Siapa tamu itu?”
“Saya jemput sebentar.” Amirati dengan wajahnya bekas menangis melawan. Tetapi Asmara membina tangan Amirati ke tempat tidur Narendra. Narendra tiba-tiba duduk tegak sambil berseru, “Ratih, kau datang dari langit untuk menengokku? Setelah kau di sini, kau tetap akan tinggal, bukan?”
Narendra memegang tangan Amirati dan berkata kepada Asmara, “Tahukah kau siapa Ratih, Asmara? Ia istri Dewa Cinta Kumajaya. Istrinya bernama Kumoratih, dan Mirati kusebut Ratih.”
“Kini teka-teki telah diketahui jawabnya. Dan Kakanda rupanya menganggap dirinyadewa asmara?” Asmara mengusik.
“Ya, begitulah kiranya, adikku sayang. ”Lama mereka memperbincangkan bertiga pengalaman mereka masing-masing di kamar itu.
Sang Raja lega melihat perkembangan itu. Ia masuk ke dalam kamar mereka dan berkata kepada Amirati sambil menengadahkan wajahnya yang berbekas tangis, “Inilah calon menantuku …”
(Dari: Tunjung Biru, Balai Pustaka, Jakarta, 1995:80-85)
Berdasarkan petikan novel Tunjung Biru di atas, kalian dapat menjelaskan alur cerita tersebut sebagai berikut.
Berdasarkan padat tidaknya cerita, cerita Tunjung Biru beralur rapat, karena semua kisahan harus diceritakan secara jelas dan urut agar keutuhan cerita tidak terganggu.
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang terjalin secara berurutan dengan memerhatikan keterpaduan dan kebulatan cerita. Bagian-bagian alur dalam cerita meliputi perkenalan, konflik, penanjakan, klimaks, dan peleraian. Ada tiga macam sifat alur berdasarkan urutan bagiannya, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur maju mundur. Adapun berdasarkan padat tidaknya sebuah cerita, ada alur rapat dan alur renggang.
Sekian pembahasan mengenai Menjelaskan Alur Cerita dari Sinopsis Novel yang Telah Dibacakan dan juga bagaimana cara untuk mengetahui alur tema suatu novel dengan contoh novel dan juga tentang contoh tahapan alur dalam novel, apa yang dimaksud dengan alur atau plot, tokoh yang menjadi pusat cerita dalam drama, semoga dapat membantu sobat dalam proses belajar!
Contoh Tahapan Menjelaskan Alur Cerita dari Sinopsis Novel yang Telah Dibacakan
Menjelaskan Alur dari Sinopsis Novel
Tentunya kalian pernah mendengarkan atau membaca novel yang kalian sukai, bukan? Tentu kalian juga telah dapat menjelaskan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam sebuah penggalan novel? Lalu, bagaimana menjelaskan alur dalam novel tersebut?Dalam pelajaran ini, kalian akan menentukan alur yang terdapat dalam sinopsis novel. Alur adalah jalinan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang terjalin secara berurutan dengan memerhatikan keterpaduan dan kebulatan cerita.
Menjelaskan Alur Cerita dari Sinopsis Novel yang Telah Dibacakan |
1. Perkenalan
Perkenalan disebut juga pemaparan, pendahuluan, atau eksposisi. Perkenalan yaitu bagian cerita tempat pengarang memulai sesuatu untuk mengawali ceritanya. Pengawalan ini dapat berupa pengenalan pelaku, latar, dialog, atau peristiwa tertentu untuk pembuka jalannya cerita.
2. Konflik
Konflik adalah bagian cerita saat pelaku telah mulai merasakan adanya suatu permasalahan.
3. Penanjakan
Pananjakan atau peruwetan adalah bagian cerita yang menunjukkan adanya konflik mulai bertambah menuju puncak konflik.
4. Klimaks
Puncak atau klimaks adalah bagian cerita yang melukiskan permasalahan berada di titik paling puncak.
5. Peleraian
Peleraian merupakan penyelesaian permasalahan. Di sini para tokoh dapat menyelesaikan masalahnya.
Apabila dilihat dari urutan bagian-bagian yang diceritakan, alur cerita dibagi atas alur maju, alur mundur, dan alur maju mundur.
Alur maju adalah alur yang diceritakan dari masa lalu ke masa sekarang. Alur mundur yaitu alur yang diceritakan dari masa sekarang menuju ke masa lalu. Alur maju mundur disebut juga alur campuran, yaitu alur yang diceritakan dari masa lalu, masa sekarang, kembali ke masa lalu, atau sebaliknya.
Adapun berdasarkan padat tidaknya sebuah cerita, alur dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur erat yaitu alur yang apabila sebagian ditinggalkan, akan merusak keutuhan cerita; sedangkan alur longgar yaitu alur yang tidak merusak keutuhan cerita apabila alur tersebut ditinggalkan.
Guna memahami materi mengenai alur lebih dalam, simaklah baca kutipan novel berikut.
Tunjung Biru
Oleh: Atik Purbani; Ratih
Sang raja membaringkan Narendra dalam salah satu dari dua kamar bersebelahan dengan kamar pengantin, yaitu tempat dari bagian istana yang suci yang jarang dikunjungi orang. Asmara tidak berpisah dari ranjang sakit. Salah seorang tua membisikkan di telinga Asmara, “Apakah kakakmu barangkali memakai baju hijau ketika berada di daerah Nyai Roro Kidul? Itu warna terlarang.”
Anggota keluarga lain bertanya, “Apakah sang kakak barangkali melanggar suatu peraturan?” Ada pula yang menasehati, “Serahkan pada ayahanda agar mengadakan selamatan, kemudian membawanya ke tempat kakanda berdiam dulu.”
“Maksudnya di rumah kecil dari papan itu?”
“Ya,” demikian jawabnya. Semua usaha dilaksanakan, tetapi demam itu tak mau turun juga. Narendra terus mengacau; ada kalanya Asmara mendengar kakaknya menyebut-nyebut nama Ratih.
“Siapa gerangan Ratih itu?” Asmara bertanya pada dirinya. Setelah mendengar nama itu beberapa kali, Asmara menyampaikan hal itu kepada ayahandanya.
Sang Raja minta supaya Asmara menulis surat kepada Munarsi dan kepada kemenakannya, Bupati Danduro. Dalam kedua surat itu ditanyakan apakah mereka mengenali seorang gadis bernama Ratih, karena Narendra pernah mengunjungi keduanya. Namun, jawabannya ialah bahwa mereka tidak tahu siapa Ratih.
“O, putraku yang tunggal, apa yang harus kuperbuat,” Raja Mayanegara mengeluh dengan putus asa. Berhari-hari lamanya sang Raja memikirkan apa yang harus diperbuatnya.
Kemudian dipanggilnya adiknya, Pangeran Purwaningrat, dan dimintanya nasehatnya. Pangeran Purwaningrat mendengarkan ucapan kakaknya yang putus asa itu dengan penuh perhatian. Lama ia berdiam diri, kemudian katanya, “Barangkali Kakanda bisa minta agar Bupati Cokronoto dan keluarganya datang berkunjung karena Asmara sendirian. Tetapi jangan ceritakan bahwa Narendra sakit.” Tiba-tiba sang Raja teringat akan cerita Narendra tentang putri Danduro yang amat kaku kepadanya. “Tetapi namanya bukan Ratih,” sang Raja berguman dalam dirinya.
Dokter ketiga mengunjungi Narendra secara teratur. Berkat obat-obatnya dan istirahat, Narendra mulai sembuh, meskipun berlangsung setapak demi setapak. Sementara itu Bupati Cokronoto menerima permintaan pamannya, sang Raja.
Ia berangkat bersama istrinya dan Amirati, karena anak-anaknya yang lain tidak sedang berlibur. Waktu ia tiba, Asmara menyambutnya dengan ramah sambil berkata, “Alangkah baiknya kau datang, Amirati. Tinggallah lebih lama di sini, aku merasa begitu kesepian tanpa Bibi Munarsi.”
Agar Asmara bisa menemani Amirati dan gadis itu merasa betah di istana, maka sang Raja menugaskan dua orang perawat yang baik untuk merawat Narendra. Sang Raja langsung menanyai kemenakan dan istrinya tentang nama Ratih. Tetapi keduanya tidak tahu siapakah Ratih itu.
Asmara memerhatikan bahwa Amirati adakalanya dengan gugup melihat sekeliling. Ketika hal itu berulang kali terjadi, Asmara menanyakan sebabnya, “Ah, tidak, tidak apaapa,” jawab gadis itu mengelak.
Seminggu kemudian Bupati Cokronoto dan istrinya kembali ke Danduro. Asmara gembira sekali mendengar bahwa Amirati mau menemaninya. Ketika pada suatu hari Amirati dengan gugup memandang sekelilingnya, Asmara tidak dapat menahan dirinya. “Mengapa kau terus melihat sekelilingmu, Mirati? Apakah mencari Narendra? Dia tidak di sini, Mirati, jangan khawatir dia tidak akan mengganggu kita.
“Amirati lama memandang bibinya tetapi tidak berkata suatu patah kata pun.
“Mari kita berdayung-dayung di kebun dan memetik-metik bunga mawar. Lalu siang ini kita makan di rumah dari kaca, setuju?” Amirati menyatakan, “Ya, itu menarik sekali.”
“Dan Mirati, maukah kau membantu saya memasak besok?”
Asmara berkata pula, “Romo telah memerintahkan Mbok Projo agar mengajariku masak-memasak. Masakannya kemudian dicicipi oleh ayahanda. Beberapa hari kemudian, Mbok Pranolo akan mengajarku membatik pula. Sudah sehelai kain yang siap dengan pola yang sederhana. Setelah itu, datang Mbok Sastro untuk mengajar saya tembang Jawa. Pada kesempatan itu dia juga menceritakan cerita-cerita dan dongeng-dongeng warisan nenek moyang.”
“Menarik sekali, Bibi, mudah-mudahan saya bisa memahaminya.”
“Dan harapanku, semoga kau kerasan di sini, Mirati,” jawab Asmara.
“Kalau saya kurang dalam sopan santun, Bibi, tolong beritahukan. Saya belum pernah ke luar rumah, dan belum pernah dibesarkan di dalam istana.”
“Mirati, kau cukup bersantun dan tahu tata cara, lagi kau berkepribadian ramah.”
“Semoga demikianlah sesungguhnya, Bibi,” kata Amirati merendah. Asmara senang mempunyai teman, sedang Amirati berusaha untuk mengikuti semua pelajaran bersama Asmara. Ia mulai merasa kerasan di dalam istana.
Sementara itu Narendra sudah mulai pulih kesehatannya, meskipun masih tetap pendiam dan pelamun. Dokter mengizinkan Narendra menerima tamu. Mendengar hal itu Asmara gembira sekali dan berkata kepada kemenakannya, “Ketahuilah, Mirati, bahwa Mas Narendra baru sembuh dari sakit parah!
Demamnya tinggi dan ia terus-menerus meracau. Sudah tiga orang dokter memeriksanya dan menyatakan pendapat mereka. Yang pertama berkata, disebabkan kelelahan. Yang kedua menduga ia sakit tipus, dan menurut yang ketiga ia harus beristirahat benar-benar dan tidak boleh menerima tamu.
Selama sebulan ia bersama Paman Purwaningrat dan para pengiring tinggal di Laut Selatan, dan mengembara dari desa yang satu ke desa yang lain.”
“Jadi ia pergi ke daerah Nyai Roro Kidul?” Amirati bertanya, “Ya, dan para orang tua langsung berkata, ‘Ia pasti memakai sesuatu yang berwarna hijau. Itu sebabnya Sang Dewi Laut menjadi marah’. Ada pula yang mengatakan, ‘Ia pasti menginjak tempat yang terlarang” …
“Di mana dia sekarang?” tanya Amirati tiba-tiba. Asmara senang sekali bahwa keponakannya menanyakan Narendra. “Dia sekarang tinggal di salah satu kamar dari dua kamar di bagian dalem karena tidak boleh dikunjungi orang. Tetapi menurut Romo, hari ini dokter mengizinkan ia menerima tamu.
Apakah sekarang kita berdua akan ke sana?”
Amirati memandang bibinya sambil berpikir. Asmara menarik gadis itu masuk ke dalem. Sampai ke pintu ia berkata, “Narendra terus meracau dan menyebut-nyebut nama Ratih. Barangkali kau tahu siapa dia?”
Mendengar nama itu, Amirati menangis tersedu-sedu dan hendak lari dari tempat itu.
Tetapi Asmara menghalang-halanginya dan mendorongnya langsung masuk ke kamar sambil menutup pintu. Supaya Narendra jangan kaget, ia telah mengutus seorang untuk memberitahukan kedatangannya sebelumnya. Asmara mendekati ranjang kakaknya dan berkata, “Kangmas, saya punya tamu. Bolehkah ia datang menemui kakanda?” “Siapa tamu itu?”
“Saya jemput sebentar.” Amirati dengan wajahnya bekas menangis melawan. Tetapi Asmara membina tangan Amirati ke tempat tidur Narendra. Narendra tiba-tiba duduk tegak sambil berseru, “Ratih, kau datang dari langit untuk menengokku? Setelah kau di sini, kau tetap akan tinggal, bukan?”
Narendra memegang tangan Amirati dan berkata kepada Asmara, “Tahukah kau siapa Ratih, Asmara? Ia istri Dewa Cinta Kumajaya. Istrinya bernama Kumoratih, dan Mirati kusebut Ratih.”
“Kini teka-teki telah diketahui jawabnya. Dan Kakanda rupanya menganggap dirinyadewa asmara?” Asmara mengusik.
“Ya, begitulah kiranya, adikku sayang. ”Lama mereka memperbincangkan bertiga pengalaman mereka masing-masing di kamar itu.
Sang Raja lega melihat perkembangan itu. Ia masuk ke dalam kamar mereka dan berkata kepada Amirati sambil menengadahkan wajahnya yang berbekas tangis, “Inilah calon menantuku …”
(Dari: Tunjung Biru, Balai Pustaka, Jakarta, 1995:80-85)
Berdasarkan petikan novel Tunjung Biru di atas, kalian dapat menjelaskan alur cerita tersebut sebagai berikut.
- Pada bagian perkenalan, pengarang mulai memperkenalkan keadaan Narendra, putra Sang Raja, yang jatuh sakit, yang tidak mudah sembuh.
- Pada bagian konflik, pengarang mengemukakan konflik mengenai penyakit Narendra yang menyulitkan orang-orang di sekitarnya. Mereka bingung karena pendapat tiga dokter yang berbeda: kelelahan, tipus, atau ia terserang sakit secara psikologis, sehingga harus beristirahat dan tidak boleh menerima tamu.
- Pada bagian penanjakan, pengarang menghadirkan Amirati yang bersedia menemani Asmara di istana. Pada bagian ini, Asmara menceritakan keadaan Narendra kepada Amirati. Hingga kemudian Amirati menanyakan keberadaan Narendra.
- Pada bagian klimaks, pengarang mempertemukan Narendra dengan Amirati. Sebelumnya, Amirati menangis setelah mendengar nama Ratih yang selalu disebut-sebut Narendra.
- Alur penyelesaian didapatkan ketika nama Ratih yang hadir pada mimpi Narendra, ternyata Mirati, putri Bupati Cokronoto, dari Danduro.
Berdasarkan padat tidaknya cerita, cerita Tunjung Biru beralur rapat, karena semua kisahan harus diceritakan secara jelas dan urut agar keutuhan cerita tidak terganggu.
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang terjalin secara berurutan dengan memerhatikan keterpaduan dan kebulatan cerita. Bagian-bagian alur dalam cerita meliputi perkenalan, konflik, penanjakan, klimaks, dan peleraian. Ada tiga macam sifat alur berdasarkan urutan bagiannya, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur maju mundur. Adapun berdasarkan padat tidaknya sebuah cerita, ada alur rapat dan alur renggang.
Sekian pembahasan mengenai Menjelaskan Alur Cerita dari Sinopsis Novel yang Telah Dibacakan dan juga bagaimana cara untuk mengetahui alur tema suatu novel dengan contoh novel dan juga tentang contoh tahapan alur dalam novel, apa yang dimaksud dengan alur atau plot, tokoh yang menjadi pusat cerita dalam drama, semoga dapat membantu sobat dalam proses belajar!