Gejala sosial yang timbul di Indonesia terutama akibat dari pertumbuhan penduduk yang tinggi. Masalah-masalah sosial seperti di Indonesia juga timbul di negara-negara tetangga, seperti Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina.
Permasalahan di masing-masing negara tetangga tergantung besar kecilnya jumlah penduduk, persebaran, dan mutu penduduknya. Secara umum masalah yang dihadapi meliputi kemiskinan, kualitas penduduk, pendidikan, pengangguran, dan kejahatan. Marilah kita lihat masalah-masalah yang ada di negara-negara tetangga agar dapat membandingkannya.
a. Keadaan Sosial di Singapura
Penduduk Singapura terdiri atas bermacam-macam suku bangsa Cina, Melayu, India, Pakistan, Arab, Srilanka, dan Bangladesh. Namun jumlah penduduk terbesar dari suku bangsa Cina. Penduduk asli Singapura adalah orang Melayu.
Penduduk Singapura hidup dari perdagangan, perhubungan, dan perindustrian. Jumlah penduduk Singapura pada tahun 2006 adalah 4,5 juta jiwa. Akibatnya kepadatan penduduk yang tinggi menimbulkan masalah kesempatan kerja dan masalah tempat tinggal. Untuk mengatasi itu pemerintah Singapura melaksanakan program industrialisasi, keluarga berencana, dan pembangunan perumahan bertingkat (rumah susun). Singapura mengalami kemajuan di bidang perekonomian.
Karena letaknya yang strategis yaitu di jalur perdagangan, pelayaran, dan penerbangan internasional maka Singapura menghadapi imigran gelap.
Pendidikan di Singapura sudah maju sekitar 83%, penduduk yang berusia di atas 15 tahun sudah tidak buta aksara lagi. Untuk pendidikan dasar tidak dipungut biaya, sedangkan untuk sekolah lanjutan yang tidak mampu saja tidak dipungut biaya.
b. Keadaan Sosial di Brunei Darussalam
Penduduk Brunei Darussalam terdiri atas orang Melayu, Cina, dan Dayak. Pada umumnya bertempat tinggal di kota-kota sepanjang Pantai Laut Cina Selatan. Penduduknya sebagian besar bekerja di bidang pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Penduduk Brunei Darussalam pada tahun 2006 berjumlah 0,4 juta jiwa. Sebagian besar penduduk tinggal di kota, terutama di kota Bandar Seri Begawan, Seria, dan Kuala Belait.
Kualitas penduduk di negara ini cukup baik. Hal ini karena dukungan sarana pendidikan dan sarana lain yang cukup memadai. Lebih dari 80% penduduk sudah bebas dari buta aksara. Sarana pendidikan di Brunei Darussalam cukup maju, khususnya di kota-kota. Bagi penduduk di daerah terpencil diberikan sarana pondokan dan sarana transportasi secara cuma-cuma sehingga mereka juga dapat menikmati fasilitas pendidikan yang ada di kota.
Masalah kependudukan di Brunei Darussalam adalah kekurangan tenaga kerja. Untuk memenuhi tenaga kerja tersebut, maka didatangkan tenaga kerja dari luar negeri, terutama dari Indonesia. Selain itu ada kesenjangan sosial antara penduduk kota dengan daerah-daerah yang terisolasi, yaitu daerah pedalaman yang bercorak tanam secara tradisional.
c. Keadaan Sosial di Malaysia
Penduduk asli Malaysia adalah suku bangsa Semang dan Melayu. Suku bangsa Melayu di Malaysia satu rumpun dengan suku bangsa Melayu di Kepulauan Riau dan Sumatera Timur. Bentuk tubuh bahkan adat istiadat banyak persamaan. Penduduk Malaysia terdiri dari bangsa Melayu, Cina, India, Semang, dan Sakai.
Penduduk Malaysia pada umumnya berdagang, bertani, dan bekerja pada bidang industri. Sedangkan mata pencaharian orang Semang dan Sakai adalah berburu, menangkap ikan dan bertani secara berpindah-pindah. Etnis Cina banyak mendiami daerah perkotaan. Kelompok etnis India paling kecil mendiami daerah perkebunan karet di Selangor.
Jumlah penduduk tahun 2006 adalah 26.900. 040 jiwa. Kepadatan penduduk 175 per mil . Di Malaysia Barat penduduknya lebih padat daripada di Malaysia Timur. Persebaran penduduk yang kurang merata ini muncul gejala sosial. Masalah tenaga kerja merupakan masalah yang serius. Untuk memenuhi tenaga kerja mendatangkan dari Indonesia.
Adanya penduduk di daerah pedalaman maka masalah pendidikan juga perlu perhatian. Banyak penduduk di pedesaan tingkat pendidikannya masih rendah.
d. Keadaan Sosial di Filipina
Penduduk Filipina sebagian besar keturunan Melayu. Mereka berasal dari Indonesia beribu-ribu tahun yang lalu. Selain itu tinggal orang Cina, Mestizo yaitu campuran orang Melayu dengan Spanyol.
Keturunan penduduk asli tinggal di daerah-daerah terpencil, yaitu orang-orang Negrito. Jumlah penduduk Filipina pada tahun 2006 adalah 86.300.518 jiwa dengan kepadatan penduduk 720 per mil . Mata pencahariannya di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, dan perdagangan. Sumber perekonomian berasal dari sektor agraris.
Tingkat pendidikan penduduk Filipina secara umum dapat dikatakan sudah baik. Namun untuk daerah-daerah pedesaan pendidikannya masih rendah. Di kota-kota besar juga menghadapi masalah kependudukan karena padatnya penduduk. Dengan penduduk yang padat di kota besar seperti Manila, timbul masalah sosial seperti pengangguran, kejahatan, dan kenakalan remaja.
Permasalahan yang timbul di Indonesia seperti kemiskinan, kejahatan, pengangguran, kependudukan, dan kenakalan remaja perlu mendapat perhatian yang serius. Pertumbuhan penduduk yang cepat bila tidak diimbangi dengan kualitas penduduk maka akan menimbulkan masalah. Untuk mewaspadai hal ini pemerintah berusaha untuk meningkatkan mutu penduduk dengan cara meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, program wajib belajar 9 tahun, dibukanya berbagai Balai Latihan Kerja (BLK), dan pemberian beasiswa kepada anak berprestasi dan anak dari keluarga yang kurang mampu.
Permasalahan di masing-masing negara tetangga tergantung besar kecilnya jumlah penduduk, persebaran, dan mutu penduduknya. Secara umum masalah yang dihadapi meliputi kemiskinan, kualitas penduduk, pendidikan, pengangguran, dan kejahatan. Marilah kita lihat masalah-masalah yang ada di negara-negara tetangga agar dapat membandingkannya.
a. Keadaan Sosial di Singapura
Penduduk Singapura terdiri atas bermacam-macam suku bangsa Cina, Melayu, India, Pakistan, Arab, Srilanka, dan Bangladesh. Namun jumlah penduduk terbesar dari suku bangsa Cina. Penduduk asli Singapura adalah orang Melayu.
Singapura |
Penduduk Singapura hidup dari perdagangan, perhubungan, dan perindustrian. Jumlah penduduk Singapura pada tahun 2006 adalah 4,5 juta jiwa. Akibatnya kepadatan penduduk yang tinggi menimbulkan masalah kesempatan kerja dan masalah tempat tinggal. Untuk mengatasi itu pemerintah Singapura melaksanakan program industrialisasi, keluarga berencana, dan pembangunan perumahan bertingkat (rumah susun). Singapura mengalami kemajuan di bidang perekonomian.
Karena letaknya yang strategis yaitu di jalur perdagangan, pelayaran, dan penerbangan internasional maka Singapura menghadapi imigran gelap.
Pendidikan di Singapura sudah maju sekitar 83%, penduduk yang berusia di atas 15 tahun sudah tidak buta aksara lagi. Untuk pendidikan dasar tidak dipungut biaya, sedangkan untuk sekolah lanjutan yang tidak mampu saja tidak dipungut biaya.
b. Keadaan Sosial di Brunei Darussalam
Penduduk Brunei Darussalam terdiri atas orang Melayu, Cina, dan Dayak. Pada umumnya bertempat tinggal di kota-kota sepanjang Pantai Laut Cina Selatan. Penduduknya sebagian besar bekerja di bidang pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Penduduk Brunei Darussalam pada tahun 2006 berjumlah 0,4 juta jiwa. Sebagian besar penduduk tinggal di kota, terutama di kota Bandar Seri Begawan, Seria, dan Kuala Belait.
Kualitas penduduk di negara ini cukup baik. Hal ini karena dukungan sarana pendidikan dan sarana lain yang cukup memadai. Lebih dari 80% penduduk sudah bebas dari buta aksara. Sarana pendidikan di Brunei Darussalam cukup maju, khususnya di kota-kota. Bagi penduduk di daerah terpencil diberikan sarana pondokan dan sarana transportasi secara cuma-cuma sehingga mereka juga dapat menikmati fasilitas pendidikan yang ada di kota.
Masalah kependudukan di Brunei Darussalam adalah kekurangan tenaga kerja. Untuk memenuhi tenaga kerja tersebut, maka didatangkan tenaga kerja dari luar negeri, terutama dari Indonesia. Selain itu ada kesenjangan sosial antara penduduk kota dengan daerah-daerah yang terisolasi, yaitu daerah pedalaman yang bercorak tanam secara tradisional.
c. Keadaan Sosial di Malaysia
Penduduk asli Malaysia adalah suku bangsa Semang dan Melayu. Suku bangsa Melayu di Malaysia satu rumpun dengan suku bangsa Melayu di Kepulauan Riau dan Sumatera Timur. Bentuk tubuh bahkan adat istiadat banyak persamaan. Penduduk Malaysia terdiri dari bangsa Melayu, Cina, India, Semang, dan Sakai.
Penduduk Malaysia pada umumnya berdagang, bertani, dan bekerja pada bidang industri. Sedangkan mata pencaharian orang Semang dan Sakai adalah berburu, menangkap ikan dan bertani secara berpindah-pindah. Etnis Cina banyak mendiami daerah perkotaan. Kelompok etnis India paling kecil mendiami daerah perkebunan karet di Selangor.
Penduduk Malaysia |
Adanya penduduk di daerah pedalaman maka masalah pendidikan juga perlu perhatian. Banyak penduduk di pedesaan tingkat pendidikannya masih rendah.
d. Keadaan Sosial di Filipina
Penduduk Filipina sebagian besar keturunan Melayu. Mereka berasal dari Indonesia beribu-ribu tahun yang lalu. Selain itu tinggal orang Cina, Mestizo yaitu campuran orang Melayu dengan Spanyol.
Keturunan penduduk asli tinggal di daerah-daerah terpencil, yaitu orang-orang Negrito. Jumlah penduduk Filipina pada tahun 2006 adalah 86.300.518 jiwa dengan kepadatan penduduk 720 per mil . Mata pencahariannya di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, dan perdagangan. Sumber perekonomian berasal dari sektor agraris.
Tingkat pendidikan penduduk Filipina secara umum dapat dikatakan sudah baik. Namun untuk daerah-daerah pedesaan pendidikannya masih rendah. Di kota-kota besar juga menghadapi masalah kependudukan karena padatnya penduduk. Dengan penduduk yang padat di kota besar seperti Manila, timbul masalah sosial seperti pengangguran, kejahatan, dan kenakalan remaja.
Permasalahan yang timbul di Indonesia seperti kemiskinan, kejahatan, pengangguran, kependudukan, dan kenakalan remaja perlu mendapat perhatian yang serius. Pertumbuhan penduduk yang cepat bila tidak diimbangi dengan kualitas penduduk maka akan menimbulkan masalah. Untuk mewaspadai hal ini pemerintah berusaha untuk meningkatkan mutu penduduk dengan cara meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, program wajib belajar 9 tahun, dibukanya berbagai Balai Latihan Kerja (BLK), dan pemberian beasiswa kepada anak berprestasi dan anak dari keluarga yang kurang mampu.