Menanggapi Pembacaan Puisi Sesuai Nada, Irama, Suasana dan Pilihan Kata

Pada materi Bahasa Indonesia kali ini akan membahas mengenai bagaimana membuat tanggapan terhadap pembacaan puisi, dengan memahami nada, irama, suasana dan pilihan kata yang tergambar dari puisi tersebut, hingga nantinya sobat akan memahami bagaimana pola irama yang terkandung di dalam sebuah puisi, sehingga membuat sebuah tanggapan terhadap pembacaan puisi dapat dilakukan dengan benar dan sesuai.

Tanggapan terhadap proses pembacaan puisi berkenaan dengan suara dan aspek tubuh. Suara dalam berpuisi meliputi volume, intonasi, dan artikulasi. Aspek tubuh dalam berpuisi meliputi gestur, ekspresi, dan mimik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh memberikan tanggapan puisi di bawah ini!

Menanggapi Pembacaan Puisi Sesuai Nada, Irama, Suasana dan Pilihan Kata

Puisi merupakan salah satu karya sastra yang merupakan untaian kata-kata yang setiap katanya memiliki kandungan makna yang padat. Selain menarik isinya, puisi juga menarik apabila dibacakan dengan cara deklamasi. Hal yang menarik dalam pembacaan sebuah puisi melibatkan beberapa unsur, di antaranya irama, mimik, kinesik, volume suara, ekspresi, serta penghayatan isi puisi yang dibacakan.
Menanggapi Pembacaan Puisi Sesuai Nada, Irama, Suasana dan Pilihan Kata
Menanggapi Pembacaan Puisi Sesuai Nada, Irama, Suasana dan Pilihan Kata
Saat mendengarkan puisi, kita sering hanyut bahkan larut dalam pusaran emosi yang dibuat oleh penyair. Memang beginilah cara yang ditempuh oleh penyair dalam menghidupkan karya seninya, yaitu dengan membacakan puisi di depan publik. Dengan begitu, seorang pembaca puisi maupun penyair harus menyadari dirinya sebagai media penyampai puisi yang sedang dibaca.

Kepiawaian dalam menguasai emosi pendengar menjadi salah satu keberhasilan seorang penyair atau pembaca puisi.

Simaklah contoh puisi berikut ini.

Flu Burung
Karya: Putu Setia

Penyakit yang paling menyiksa adalah flu
Manusia selalu saja cengengesan
Ada baiknya juga, kita tahu orang yang kena flu
kita jadi bisa menghindar;
Coba kalau burung
terkena flu; bagaimana kita tahu?
Apalagi kalau ayam kena flu burung
mengeluh pun kita tidak tahu: - bahasanya
manusia – termasuk saya Menteri Kesehatan –
tidak tahu: di mana ayam yang menderita
Tiba-tiba saja …
Orang; bukan ayam meninggal dunia;
mengidap flu burung
Tebak-tebakan dimulai:
Langkah pun diambil
Basmi ayam di sana, bunuh babinya
jangan ambil resiko!
Itu yang terjadi tiga bulan lalu
setelah Iwan mati dan dua anaknya
Namun, karena pembasmian diumumkan peternak lebih cerdik dari pejabat
ternak diungsikan ke tempat lain
kini …
ada lagi korban flu burung
Dari mana datangnya virus itu lagi?
Bukankah dulu sudah dibasmi?
karena manusia tidak bisa
mewawancarai unggas;
diambillah sampel secara acak
ketahuan virus ada di Kebun Binatang Ragunan.
Nah, …
Dibantailah unggas di sana.
(diambil dari : Koran Tempo, 25 September 2005)

Setelah membaca puisi diatas, sudahkah kalian memahami isi puisi yang dibacakan? Apabila sudah, jika belum dapat membaca puisi diatas dengan perlahan, sambil memahami maksud yang disampaikan.

Tanggapan terhadap proses pembacaan berkenaan dengan suara dan aspek tubuh. Suara dalam berpuisi meliputi volume, intonasi, dan artikulasi. Volume berkaitan dengan besar kecilnya suara. Artikulasi berkaitan dengan ketepatan pengucapan ejaan atau lafal. Adapun intonasi berkaitan dengan nada suara saat berpuisi. Aspek tubuh dalam berpuisi meliputi gestur, ekspresi, dan mimik.

Gestur berkaitan dengan gerak tubuh. Ekspresi berkaitan dengan pengungkapan perasaan melalui bahasa tubuh (wajah, tangan, kaki, badan, dan kepala). Mimik berkaitan dengan bentuk dan karakter wajah saat mengekspresikan suatu hal.

Pemahaman memberikan tanggapan terhadap puisi

Kegiatan pembacaan puisi jelas memerlukan pemahaman dan penghayatan terhadap isi puisi itu sendiri. Pemahaman merupakan langkah awal untuk dapat sampai kepada penghayatan. Langkah pertama pemahaman adalah membaca puisi itu berulang kali sebelum kita membawakannya atau membacakannya di depan forum kelas.

Dengan membacanya secara berulang kali, kita akan dapat menangkap isi puisi yang disampaikan oleh penyair. Selain itu, kita dapat pula membuka kamus untuk mencari tahu arti kata-kata yang digunakan dalam puisi tersebut, yang sebelumnya terkadang kita belum mengetahui artinya.

Kita juga perlu memerhatikan pemenggalan kata, jeda, dan intonasi kalimat yang akan kita lakukan, karena, ketiganya akan berpengaruh terhadap pergeseran makna puisi yang kita bacakan.

Contoh:
….
Coba kalau burung
terkena flu; // bagaimana
kita tahu?
….

Pada kutipan di atas, pemenggalan kata ditandai dengan //. Jika pemenggalan itu dilakukan setelah kata “kalau’’ atau “burung’’ maka nilai rasa yang terbentuk di benak pendengar pun jadi berbeda. Oleh sebab itu, perlu kecermatan tersendiri dalam hal pemenggalan kata.

Sekian pembahasan mengenai bagaimana Menanggapi Pembacaan Puisi Sesuai Nada, Irama, Suasana dan Pilihan Kata semoga dapat sobat pahami dengan baik.